BAB I
KAJIAN
PUSTAKA
Dalam kehidupan sehari-hari hubungan
antara individu satu dengan individu lainnya tidak selalu berjalan lancar.
Terkadang terjadi pertengkaran, perselisihan, dll. Lingkup kejadiannya bisa
terjadi dalam keluarga, teman, sahabat, bahkan masyarakat. Peristiwa tersebut
mendorong para ahli untuk mengembangkan disiplin ilmu psikologi sosial. Dalam
psikologi sosial, hal tersebut terjadi karena tidak ada kesamaan pandang antara
dua individu.
Psikologi sosial berasal dari kata psikologi
dan sosial. Pengertian psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan
dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia
secara ilmiah. Adapun pengertian sosial adalah segala perilaku manusia yang menggambarkan
hubungan non individualis. Jadi, pengertian psikologi sosial adalah sebuah ilmu
pengetahuan yang mempelajari mengenai pengaruh hubungan individualis terhadap
perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah.
Psikologi sosial adalah suatu studi
tentang perilaku hubungan antara manusia dan kelompok serta pegaruh sosial
terhadap perilaku manusia. Bidang ini sangat luas, mencakup berbagai bidang
studi dan beberapa disiplin ilmu. Psikologi sosial dapat digunakan dalam bidang
industri dan kedisplinan ilmu.
Berikut adalah beberapa pengertian
psikologi sosial menurut para ahli:
- Hubert Bonner dalam bukunya “Social Psychology”
menyatakan “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia.“
Hubert Bonner- Michener & Delamater (1999) menyatakan bahwa
psikologi sosial adalah studi alami tentang sebab-sebab dari prilaku
sosial manusia.
Michener
Delamater- Sherif dalam bukunya “An Outline of Social
Psychology” memberikan definisi sebagai berikut “psikologi sosial
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku
individu manusia dalam kaitannya dengan situasi-situasi perangsang sosial.”
Dalam definisi ini, tingkah laku telah dihubungkan dengan situasi-situasi
perangsang sosial.
Sherif- Shaw & Costanzo (1970) menyatakan bahwa
psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
individu sebagai fungsi dari rangsang-rangsang sosial.
Shaw
Costanzo- Boring, Langveld, and Weld dalam bukunya “ Foundations of Psychology”
berpendapat bahwa: “Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari individu manusia dalam kelompokknya dan hubungan antara
manusia dengan manusia.”
Boring
Langveld
Weld- Kimball Young (1956) menyatakan bahwa :
“Psikologi sosial adalah studi tentang proses interaksi individu manusia.”
Kimbal Young- Krech, Crutchfield, dan Ballachey (1962)
menytakan bahwa : “Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah
laku individu di dalam masyarakat.”
Krech
Crutchfield
Ballachey- Joseph E. Mc. Grath (1965) menyatakan bahwa :
“Psikologi sosial adalah ilmu yang menyelidiki tingkah laku manusia
sebagaiman dipengaruhi oleh kehadiran, keyakinan, tindakan, dan
lambang-lambang dari orang lain.”
Joseph E. Mc. Grath- Gordon W. Allport (1968) menyatakan bahwa :
“Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengerti dan
menerangkan bagaimanan pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu
dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi, atau kehadiran orang lain.”
Gordon W. Allport- Secord Dann Backmann (1974) menyatakan bahwa :
“Psikologi sosial adalah ilmu yang mempelajari individu dalam konteks
sosial.”
Secord Dann Backmann
B. Ruang
Lingkup Psikologi Sosial
Berdasarkan pengertian psikologi
sosial di atas, maka Shaw & Constanzo membagi ruang lingkup Psikologi
Sosial dalam 3 wilayah studi, yaitu:
- Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses
individu, misalnya: studi tentang persepsi, motivasi proses belajar,
atribusi (sifat).
- Studi tentang proses-proses individual bersama,
seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru (imitasi), dan lainnya.
- Studi tentang interaksi kelompok, misalnya
kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama, persaingan, dan
konflik.
Psikologi Sosial yang menjadi objek
studinya adalah segala gerak gerik atau tingkah laku yang timbul dalam konteks
sosial atau lingkungan sosialnya. Oleh karenanya masalah pokok yang dipelajari
adalah pengaruh sosial atau perangsang sosial. Hal ini terjadi karena pengaruh
sosial inilah yang mempengaruhi tingkah laku individu. Berdasarkan inilah
Psikologi Sosial membatasi diri dengan mempelajari dan menyelidiki tingkah laku
individu dalam hubungannya dengan situasi perangsang sosial.
Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain,
psikologi sosial bertujuan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena. Dengan
mengerti suatu fenomena, kita dapat membuat peramalan-peramalan tentang kapan
akan terjadinya fenomena tersebut dan bagaimana hal itu akan terjadi.
Selanjutnya, dengan pengertian dan kemampuan peramalan itu, kita dapat mengendalikan
fenomena itu sampai batas-batas tertentu. Inilah sebetulnya tujuan dari ilmu,
termasuk psikologi sosial.
C. Sejarah
Psikologi Sosial
Dalam sejarahnya yang masih pendek,
perkembangan psikologi sosial dapat di uraikan melalui beberapa tahap seperti
masa dalam kandungan, masa bayi, masa kanak-kanak, masa dewasa, dan masa yang
akan datang. Tahap perkembangan psikologi sosial antara lain masa prenatal,
masa awal, masa perang dunia I dan II, masa kini, dan masa yang akan datang.
C.1. Masa
Prenatal (Prakelahiran)
Akar psikologi sosial telah
dibebankan pada akhir 1800, bersamaan dengan naik daunnya psikologi sebagai
suatu disiplin yang berkembang di Eropa. Ketika Perang Dunia Pertama hadir,
banyak psikolog pergi mengungsi ke Amerika Serikat, psiksos lantas mulai muncul
sebagai suatu disiplin yang berbeda dalam tahun 1920-an. Salah satu pengaruh
utama di lapangan adalah Kurt Lewin, yang disebut "bapak" psikologi
sosial oleh beberapa pihak kompeten; selainnya yang juga psikolog sosial
terkenal termasuk Zimbardo, Asch, Milgram, Festinger, Ross, dan Mischel.
Cikal bakal kelahiran psikologi
sosial mulai muncul, ketika Lazarus & Steindhal (1860) mempelajari bahasa,
adat dan institusi masyarakat untuk menemukan “human mind”yang berbeda
dari “jiwa individual” (Bonner, 1953). Pada tahun 1879 di Leipzig, Wundt
mendirikan laboratorium psikologi yang pertama di dunia dan menandakan ilmu
psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari filsafat. Pada tahun
1880, ia mempelajari psikologi rakyat. Eksperimennya antara lain, untuk
menemukan proses mental yang lebih tinggi (higher mental process),
hal-hal yang ia teliti tentang bahasa, tradisi, agama, seni dan hukum. Sebagai
seorang elementaris (yaitu penelitian dengan cara menguraikan dan mempelajari
bagian-bagian (elemen) dari jiwa. Ia berusaha menjelaskan psikologi rakyat itu
ke dalam elemen-elemen. Menurutnya, masyarakat (rakyat/kelompok) memiliki
“jiwa” yang berbeda dengan “jiwa individu”. Pandangan ini kemudian mempengaruhi
pendapat Emile Durkheim (seorang sosiolog terkemuka) yang terkenal dengan
teorinya “prilaku masyarakat” (jiwa kolektif). Menurut Durkheim, masyarakat itu
terdiri dari kelompok manusia yang hidup secara kolektif. Pengertian dan
tanggapan-tanggapan bersifat kolektif tidak individual. Jadi kehidupan kolektiflah
yang dapat menerangkan gejala-gejala sosial atau gejala-gejala kemasyarakatan.
Gabriel tarde (1842-1904) ia adalah
seorang sosiologi dan kriminologi prancis yang di anggap pula sebagai bapak
psikologi sosial (social interaction) tarde berpendapat bahwa semua hubungan
sosial selalu berkisar pada proses imitasi, bahkan semua pergaulan antar
manusia hanyalah semata-mata berdasarkan atas proses imitasi itu.
Kata imitasi berasal dari bahasa
inggris to imitate yang berarti mencontoh, mengikuti suatu pola, istilah
imitasi ini secara populer di artikan secara meniru. Menurut tarde masyarakat
tidak lain dari pengelompokan manusia. Di mana individu mengimitasi individu
yang lain dan sebaliknya. Pendapar tarde tersebut ternyata banyak mendapatkan
kritikan seperti yang di kemukakan chorus, yang antara lain mengatakan bahwa
teori tarde ternyata berat sebelah. Walaupun tarde tidak di terima secara
mutlak namun olehnya telah di kemukakan suatu factor yang memegang peranan
penting pergaulan sosial antara lain manusia.
Seorang psikolog sosial dalam
kajiannya melihat pada sikap, keyakinan, dan perilaku baik individu dan
kelompok. Bidang ini juga mengkaji interaksi interpersonal, menganalisis cara
seseorang berinteraksi dengan orang lain, baik secara tunggal atau dalam bentuk
kelompok besar. Psikologi sosial juga membahas pengaruh budaya seperti iklan,
buku, film, televisi, dan radio, melihat cara di mana pengaruh-pengaruh dampak
perilaku manusia. Tidak heran dalam perjalanannya psikologi sosial ini malah
ikut membidangi ilmu komunikasi, dan beberapa tokohnya, seperti Leon Festinger
menjadi corong utama ilmu komunikasi.
Gustav le bon (1841-192) ia terkenal
karena sumbangannya psikologi massa yang di maksud dengan massa adalah kumpulan
orang-orang untuk sementara waktu karena minat dan kepentingan bersama. Ia juga
mengatakan bahwa massa itu punya jiwa tersendiri yang berlainan sifatnya dengan
sifat-sifat jiw individu
Sebagai cabang turunan dari ilmu
psikologi, kehadiran psikologi sosial memberikan nilai tambah dari ilmu utamanya.
Dalam kajian ini, beberapa tokoh memiliki pandangan sendiri mengenai asal mula
munculnya kajian psiksos ini. Seperti yang disebutkan oleh Gabriel Tarde, yang
menyebutkan bahwa ilmu ini bermuara pada proses peniruan sebagai dasar hubungan
antar sesama manusia.
C.2. Masa
Awal
Emile durkheim (1858-1917) sebagai seorang tokoh
sosiologi ia berpendapat bahwa:
- Gejala-gejala sosial yang terdapat dalam
masyarakat tidak dapat di bahas oleh psikologi, melainkan hanya oleh
sosiologi adapun alasannya ialah bahwa yang mendasari gejala-gejal sosial
itu suatu ksadaran kolektif dan bukan kesadarn individual
- Masyarakat itu terdiri dari kelompok-kelompok
manusia yang hidup secara kolektif dengan pengertian-pengertian dan
tanggapan-tanggapam\n yang kolektif pula dan hanya dengan kehidupan
kolektif itulah yang dapat menerangkan gejala-gejala sosial
- Bahwa pada manusia terdapat dua macam jiwa
seperti yang di katakan oleh Le Bon yaitu jiwa kelompok (group mind) dan
jiwa individu (individual mind)
Durkheim pun mendapat beragam
kritikan yaitu berat sebelah artinya menitik beratkan pada peranan jiwa
kolektif dan fantastis artinya pendapat mengenai jiwa kolektif hanya suatu
lamunan, khayalan saja yang sukar di buktikan oleh kehidupan nyata.
Terbitnya dua buku psikologi sosial
(1908) oleh: W.Mc Doughall (ahli psikologi) dan Ross (sosiologi). W.Mc Doughall
menerangkan bahwa manusia berprilaku sosial karena nalurinya. Sedangkan Ross
berpandangan bahwa manusia berprilaku sosial diakibatkan oleh tata aturan dalam
masyarakat yang mesti diikuti, ia menerangkan perilaku sosial dengan teori
struktur sosial.
Sementara itu, pendapat berbeda
disampaikan oleh Gustave Le Bon. Menurut Gustave Le Bon, pengetahuan ini muncul
karena dalam diri manusia ada dua macam jiwa, yakni jiwa individu serta
jiwa massa di mana keduanya memiliki sifat yang saling berlainan. Pada jiwa
massa memiliki sifat yang cenderung primitif seperti buas, irasional serta
cenderung sentimentil. Sementara sifat individu memiliki sifat yang moderat,
rasional serta mengedepankan akal.
Menurut F. Allport (1924): Perilaku
sosial bukan hanya disebabkan instink (yang bersifat biologik dan berlaku bagi
setiap orang), juga bukan hanya karena dipengaruhi oleh struktur sosial.
Perilaku sosial terjadi pada individu karena berbagai faktor yang beragam
mempengaruhi individu. Ia menggunakan pendekatan individual dalam memahami
perilaku sosial.
Pendapat yang berbeda juga
disampaikan oleh pakar psikologi, Sigmund Freud. Menurut Freud, pada dasarnya
jiwa massa sudah menjadi bagian serta berada di dalam jiwa individu. Namun,
banyak manusia yang cenderung kurang menyadari keberadaannya mengingat jiwa
massa tersebut dalam kondisi terpendam. Sehingga, manusia harus melakukan
beberapa upaya untuk bisa mengenalinya. Selain ketiga tokoh tersebut, masih
banyak pakar lain yang memiliki pandangan mengenai konsep psikologi terhadap
sosial kemasyarakatan tersebut.
C.3. Masa
Perang Dunia I dan II
Pada masa ini perhatian psikologi
sosial berpindah ke arah studi tentang otoritarianisme (kekuasaan)
(Baron & Byrne, 1994). Setelah usai perang dunia, pandangan psikologi
sosial beralih ke proses individual dan psikologi sosial mulai mengkaji proses
interaksi sosial. Maka muncullah psikologi gestalt di Jerman (W. Kohler, K.
Koffka dan M. Wertheimer) serta K. Lewin tokoh psikologi lapangan. Mereka lari
dari kejaran Nazi ke Amerika. Pelarian tokoh-tokoh psikologi ini menginspirasi
penelitian tentang proses kesadaran (kognitif) dan pengaruhnya terhadap
perilaku sosial individu.
Menjamurnya penelitian-penelitian di
bidang psikologi sosial barangkali dimulai periode 1920-1940. Beberapa topik
penelitian sengaja difokuskan pada isu-isu tertentu yang sedang booming pada
masa itu. Contohnya, pada awal 1900an, yang pada masa itu terjadi imigrasi
besar-besaran penduduk Eropa Barat menuju Amerika Utara. Tentunya bukanlah hal
yang mengejutkan bila penelitian-penelitian yang banyak dilakukan berbicara
tentang sikap, kebangsaan, dan kelompok-kelompok etnis (Pancer, 1997).
C.4. Masa
Kini
Pada tahun 1970-1980, Psikologi
sosial menghasilkan beragam penelitian yang sangat penomenal dan bermanfaaat,
yaitu berbagai penelitian mengenai: atribusi, agresi, altruisme, sikap
(attitude), gender (perbedaan jenis kelamin), diskriminasi seksual, psikologi
lingkungan, psikologi massa dan lain-lain. Juga berkembang psikologi terapan
(applied psychology), seperti: psikologi kesehatan, psikologi hukum, psikologi
paedagogik, psikologi kepolisian dan sebagainya.
Psikologi sosial modern mulai
dikembangkan pada saat pergantian abad ke 19 menuju abad 20. Tripplet (1898)
memulai sebuah eksperimen perdana dalam bidang psikologi sosial dengan meneliti
pengaruh kehadiran orang lain terhadap peningkatan performance seseorang dalam
mengerjakan suatu tugas, topic yang di telitinya sering di sebut “fasilitas sosial”
(social fasititation) yang sampai saat ini masih banyak di minati oleh para
ahli psikologi sosial. Selain itu, buku yang berjudul Social Psychology
diterbitkan pada tahun 1908 (McDougall, 1908; Ross, 1908).
C.5. Masa
Akan Datang
Psikologi lintas budaya (Cross
Culture Psychology) menjadi jawaban yang komprehensif dalam beragam
penelitian dan penerapan psikologi sosial di berbagai belahan dunia yang memang
memiliki kultur yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, oleh
karenanya perspektif teori-teori psikologi ketika memandang budaya negara lain,
bersifat universal terbantahkan, seperti kritik Malinowski terhadap teori oedipus
complex dari Freud yang pada waktu itu dianggap berlaku universal, bahwa
anak laki-laki menaruh benci terhadap ayahnya, ternyata tidak berlaku di
kepulauan Trobriand, Papua Nugini dimana anak-anak menaruh rasa benci terhadap
paman mereka dari pihak ibu, bukan terhadap ayahnya seperti yang ditemukan
Freud di Wina. menurut Malinowski bahwa rasa benci anak laki-laki remaja
di Wina terhadap ayahnya bukan disebabkan persaingan demi memperoleh rasa cinta
ibu (oedipus complex) melainkan karena figur ayah adalah penegak
disiplin seperti halnya figur paman adalah penegak disiplin bagi anak di
Kepulauan Trobriand.
Munculnya Psikologi lintas budaya
yang menggunakan perspektif kultural sosial yang multidimensional dan
kemajemukan sosial sebagai kritik terhadap keuniversalan teori-teori psikologi
Barat. Teori-teori psikologi yang pada awalnya dianggap bersifat universal,
tidak bisa digunakan ketika dihadapkan pada budaya dan kultur negara lain.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kita sebagai masyarakat sosial terkadang
mempunyai masalah sosial, baik itu dengan perseorangan maupun berkelompok. Yang mana ketika orang mempunyai masalah
sosial, mental seseorang itu akan terganngu, Oleh karena itu banyak para ahli
sosial membuat suatu pendapat yang menyangkut dengan psikologi sosial.
Psikologi sosial adalah mempelajari
tingkah laku kehidupan manusia dalam bersosialisi, baik dengan individu maupun
berkelompok. Dalam lingkup sosialnya psikologi sosial terdapat 3 wilayah yang
diantaranya, individu, individu bersama, dan juga berkelompok.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Baron, R. A., Byrne, D. and Branscombe,
N. R. (2006). Social Psychology. Prentice-Hall India: New Delhi.
2.
Gergen, Kenneth J. (1973).
Social Psychology As History. Journal
of Personality and Social Psychology.Vol. 26, No. 2, 309-320.
3. Kemmelmeier,
Markus., Edina E. J dan Joyce L. (2006). Individualism And Good Works : Cultural Variation
in Giving and Volunteering Across the United States. Journal
of Cross-Cultural Psychology. Vol. 37 No. 3, 327-344.
4.
Kruglanski, Ari W. (2001). That "Vision Thing": The State of
Theory in Social and Personality Psychology at the Edge of the New Millennium.
Journal of Personality and Social Psycholosy. Vol. 80, No. 6, 871-875.
5.
McDougall,D. Sc., F.R.S, William. (1919).
An Introduction to Social Psychology. London:
Meutheun & Co.Ltd.
6.
Principles of Social Psychology
Tidak ada komentar:
Posting Komentar